TINTABULUAYAM.BLOGGER.COM | BATURAJA - Riuh gemuruh pukulan kompang dari tangan group Pimpinan Candra E Desa Tanjung Kemala Baturaja Timur OKU yang untuk kemahirannya tidak kita ragukan lagi dalam bermain , menambah semarak iringan Pengantin. Suasana khas Bumi Sebimbing Sekundang terasa kental dengan balutan baju teluk belanga yang dikenakan penabuh dan tamu undangan.
Kompang adalah alat musik tradisional khas Melayu berbentuk gendang. Biasanya, alat musik ini digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dan memeriahkan hajatan pernikahan masyarakat OKU.
kompang bermakna 'gendang pipih bulat, dibuat dari tabung kayu pendek, ujungnya agak lebar, satu ujungnya diberi tutup kulit'. Akan tetapi, secara semantis, kata kompang mengalami perluasan makna. Kompang tidak lagi dimaknai sebatas nomina berupa gendang, tetapi didefinisikan sebagai seni tradisi. Kedua makna itu tetap dipakai dalam komunikasi. Tentu saja sesuai dengan konteks kalimat yang melatarinya.
Menurut sejarah, kompang berasal dari jazirah Arab yang dibawa para pedagang India muslim ke tanah Melayu pada zaman Kesultanan Malaka. Diperkirakan kompang tumbuh dan berkembang di Semenanjung Melayu pada abad ke-13 Masehi. Kompang kemudian meluas perkembangannya hingga ke seluruh puak Melayu yang ada di Nusantara. Bukan hanya di Indonesia, kompang juga ada di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.
Kompang biasanya dihadirkan pada acara tepuk tepung tawar, berinai curi, mengarak pengantin, turun mandi, mandi safar, dan khitanan. Selain itu, kompang sering mengiringi pencak silat, mengantar kepergian, dan menyambut kepulangan jemaah haji, menyambut pejabat dan pemuka masyarakat, mengisi acara peringatan hari besar dan pertunjukan kesenian Melayu, dan lain-lain.
Menurut Candra pimpinan pada kompangan tersebut, "gabungan pola pukulan dasar berdasarkan panjang pendeknya itu dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu pukulan kacang goreng, pukulan kentung 3, dan kentung 5. Lima jenis pukulan kompang yang dapat mewakili 12 pola pukulan dasar di atas ialah mecah, mabon, ngendung, tratat 11, dan tratat 12. Versi lain menyebutkan lima jenis pukulan kompang dinamai pukulan panjang, luncai, pukulan dua, palakam, dan sekerat (setengah).jelasnya Candra disela istirahat setelah atraksi.
0 Komentar